subuh pukul empat
oleh: AMZ
Dering membuyarkan segenap lamunan panjang, sayup terdengar candaan, godaan, hingga paksaan
Mendebar rongga pemikiran,
melawan selaksa kebimbangan,
merontokan seribu harapan,
detik tetap berjalan
Kuburan terlalu pagi untuk dibayangkan
atau terlalu lelah untuk dipikirkan
bukan dingin, atau kondisi daksa
bukan alasan tapi keinginan dan aku malas
ah... hanya terjaga...
tak ada niatan untuk memulai perjuangan sepagi ini
biarkan kalimat-kalimat itu menjadi pemabuk ruang-ruang ditubuh yang berdetak ini. berapa kalipun, tiga-puluh-tiga, hingga sembilan-puluh-sembilan.... biarkan saja
Secangkir Kopi Rindu
oleh:AMZ
Sedikit saja demi hal yang sebenarnya tidak begitu jelas, begitu juga dengan setiap inchi kebebasan, adalah nestapa yang jua tak tahu arah penyelesaian.
Ini adalah detik-detik aku dengan secangkir kopi, menunggu dungin yang sejak tadi terus mendekat, lalu berkata yang sebenarnya………. Ahh entahlah………. Aku rindu kau saat ini. Aku tak ingin kau datang , cukup saja dengan menyebut nama, meskipun tak mungkin ku dengar, namun dapat kurasakan semuanya berjalan sebagaimana mestinya (setidaknya itulah yang aku pikirkan).
Satu tegukan pertama, cukup pahit, tapi tidak cukup menjadikan aku lupa akan manisnya kebahagiaan. Lalu selanjutnya sebuah rasa menjadikan kebebasan hilangkan keinginan, aku akanmu!?.....
Seperti Inilah keadaannya disini, dalam sebuah kotak yang diberi peraturan, semua terjebak, tapi tak jelas aturan seperti apa………..
Image Sumber : Istimewa
AYANO CHAN TAME NI
(Kepada Ayano)
Oleh: Suguh Kurniawan
surat perpisahan seorang pilot jepang pada kekasihnya sebelum menyerang pearlharbour
Ayano sayang
Belum tiba musim semi
Tapi kedua sisi sayap pesawat tempur ku
Telah dipenuhi rangkaian bunga sakura Yang Berhamburan
seperti air gerimis, Ketika melintas lewati jendela kamarmu
Sebenarnya Langit itu biru sayang ku,
Wajahmu tergambar jelas
Pada sisa perjalan kawanan burung camar
yang akan bermigrasi ke saitama
Tapi…….
awan hitam sisa pembantaian di Auswitch
Juga bau hangus tubuh manusia difasifik
Telah membutakan marka
Membuat kita berdua sempoyongan menterjemahkan
Apa arti terbunuhnya lima puluh juta jiwa tanpa dosa
Perang akan berlangsung lama, sayang
Raja raja perpanjangan tangan pagan
Semakin mabuk menenggak darah tentaranya sendiri
Mereka Berlomba membangun menara nebukatnezar
Dengan tumpukan bangkai manusia
Oh, Serdadu serdadu malang,
Mayatnya berjajar dari berlin hingga kyoto
Membentuk rantai panjang kekalahan zaman
Ayano, Ketika membaca surat ini,
Mungkin kau sedang memeluk erat yukata berwarna merah delima
Hadiahku untuk ulang tahunmu yang ketujuh belas
Dengan mata berkaca kaca
Mungkin Kau bertanya, mengapa aku melakukan semua ini ?
Sederhana saja sayang, Kelak suatu saat perang usai
Anak cucumu, Akan mengenang ku bukan sebagai seorang pahlawan
Namun sebagai lelaki biasa
Yang rela menabrakan pesawatnya sendiri
Agar hati para pemimpin dunia terketuk
Dan segera menghentikan pertumpahan darah
Sekian,
dari cinta sejatimu, Miura
MRS. M
Oleh: Suguh Kurniawan
Image Sumber: Istimewa
Karena engkau kata
Dapat aku eja
Lengking pilu suratan asa
Yang tercatat ditiap helai daun inai
Karena engkau bahasa
Dapat aku baca
Igau kalimat engkau
Jua rintih sekeping jiwa
Sedang merana
Penuh luka raca
Karena engkau warna
Dapat aku terka
Sebidang kanvas carut marut
Tak sabar ingin disaput
Seumpama gumpalan awan biru
Berpendar dari pusat edar
Karena engkau duka
Terburailah ceceran waktu
Disepanjang gersang sahara kenanganmu
Karena engkau tiada
Kau hampa
Karena engkau cinta
Kau menyiksa
Karena kau,…